Senin, 02 April 2012

"Aku Bukan Om Toyib"

Halo,
Apakabarnya semua.....

Tahu lagunya Wali band'kan :... yang aku bukan bang toyib. iya aku bukan bang toyib karena saya tidak sampai 3 kali puasa, tidak sampai 3 kali lebaran atau 3 kali natalan dan tidak juga sampai tiga tahun saya meninggalkan kampung tercinta saya "Jagebob City."

     Tanggal 14 bulan januari tahun 2011, saya sempat pulang ke tanah kelahiran saya di Merauke. ya secara saya sudah meninggalkan Merauke sejak Bulan September tahun 2009 lalu. waktu saya sampai dikota merauke cukup banyak perubahan di beberapa sektor. Pembangunan juga banyak, mulai dari tempat-tempat pertokoan, kantor-kantor swasta maupun negeri, begitu juga perkembangan moderenisasi masyarakatnya.
pastinya yang pertama ngobati rasa rinduku selama hampir 2 tahun adalah ketemu dengan 2 keponakanku.
Eka Danny Fadly 



Ini ponakan yang ke tiga dari kakak ketigaku.

Senin, 02 Mei 2011

Pulang Kampung 1

Jgebob,
Tidak ada perubahan seperti yang ku bayangkan. Jalan masih rusak, ekonomi tidak begitu lancar (tdk seperti tahun 1998-2003), malahan banyak pengusaha-pengusaha yag sudah berpindah, baik pindah domisili maupun profesi.

Infrastruktur Pemerintahan.
Kantor distrik, padahal sudah ditambah pegawainya, informasi yg saya peroleh ada sekitar 22pegawai, belum lagi pegawai honor. Mustinya perputaran ekonomi lebih bgus, belum lagi pegawai-pegawai baik Honor dan PNS di skolah sd, smp dan smk serta instansi pemerintahan yang lainnya.

Sepintas saya agak bingung dengan bebrapa masyarkat. Bawasanya mereka meminjam modal usaha di Bank Rakyat Indonsia KC Jagebob, tapi tidak saya lihat adanya perkembangan baik taraf hidup maupun tingkat ekonominya yang signitifikan.
Aneh bukan?

Untuk dunia pendidikan, saya masih agak prihatin, terutama di Skolah SMP negeri 10 Jagebob - Merauke, dri dulu (2002/2004) sampe sekarang tahun 2011 ada bebrapa hal yang menurut saya agak membingungkan

Selasa, 05 Oktober 2010

Bagian 2 - Kalau Bukan Saya, "SIAPA LAGI ?"

PAPUA,
adalah satu pulau yang bagi ku adalah tanah terindah yang dengan berbagai kekayaan alam da budaya.
MERAUKE,
Adalah satu Kota dimana saya dapat merasakan suatu atmosfir kulturasi budaya yang trkulpul menjadi satu.
JAGEBOB,
Adalah sebuah kampung yang telah membesarkan aku sehingga bermula dari kampung itu sekarang saya bisa memngambarkan suka - dukaku lewat tulisan ini.

Jumat, 01 Oktober 2010

“Investasikan Waktu Untuk Anak Anda”

Sebelumnya saya memohon izin kepada para orang tua sekalian untuk menyampaikan pekabaran saya ini. Dan tentunya untuk kedepannya saya mewakili semua orang muda sebagai anak dimanapun berada untuk kiranya slalu dibimbing dalm terang kebenaran.


“Investasikan Waktu Untuk Anak Anda”
“Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.” (Amsal 22:6.)


Dalam buku “Membina Anak Yang Bertanggung Jawab” yang ditulis Ny.Ellen.G.W, saya mengutip 3 hal yang perlu dingat orangtua dalam mendidik anak yaitu :

1. Pekerjaan mendidik Anak harus menjadi perioritas utama dalam pekerjaan Orangtua.

2. Kita perlu menjadikan pendidikan anak-anak itu sebagai suatu urusan, karena keselamatan mereka sangat bergantung pada pendidikan yang diberikan kepada mereka pada masa anak-anak.

3. Kebiasaan salah pada anak-anak akan terbawa hingga mereka dewasa. Jadi apa yang mereka dapatkan ketike anak-anak akan menentukan seperti apa dewasanya.



Saya yakin setiap orang tua pasti memiliki segudang ilmu untuk mendidik anak-anaknya menjadi kebanggaan keluarga terlebih Keluarga Surga.



Sebuah pertanyaan untuk kita para orangtua “Sudahkah anda berinvestasi bagi anak anda? Apakah yang anda investasikan untuk anak anda?”

Saat ini rata-rata manusia berinvestasi dengan cara bekerja keras dan menyimpan hasilnya dibank, menanam saham, mebeli sesuatu yang dapat menjadi asset yang dapat diwariskan, dan tidak jarang juga bergabung dengan perusahaan-perusahan asuransi.



Namaun yang saya hendak bagikan kepada saudara sekalian adalah berinvestasi hal “waktu – dalam tanda kutip perhatian”. Kita tentunya sepakat jika saya katakana bahwa setiap anak membutuhkan perhatian. Jadi sudahkah kita memperhatikan anak kita dengan benar? Kebanyakan kita menunjukan perhatian kepada anak dengan cara membelanjakan sesuatu, seperti mainan, asesoris-asesoris terbaru, bahkan banyak dngan cara memberikan uang jajan lebih.



Saya memiliki sebuah ilistrasi sebagai berikut,



Adalah Bobby, seorang bocah usia 7 tahun yang sedang menunggu ayahnya pulang. Saat itu jam sudah menunjukan pukul 11 malam, ketika terdengar suara pagar terbuka dan sebuah mobil masuk dihalaman. Itu adalah ayah Bobby.

“Selamat malam ayah.” “Selamat malam Bobby, kenapa kamu belum tidur,”

“Aku menunggumu ayah,” sambil mengikuti ayahnya sampai ke sofa.

“ayah, boleh aku bertanya sesuatu?” “Ada apa bobby, katakanlah.”

“Ayah, bolehkah saya tahu berapa $ yang ayah dapatkan dalam 1 jam kerja?”

Mendengar itu tentu ayahnya sangat kesal, “Bobby, ada apa kamuini, apa urusanmu untuk menanyakan hal itu, ayah pikir itu tidak perlu kamu tanyakan!”

“Ayah, tolong, saya hanya ingin tahu, tolong jawab saya ayah!”

“Baik, ayah katakan. Dalam 1 jam ayah mendapatkan uang $20.”

“Ayah, bolehkan saya meminta uang $10?”

Ayahnya bertambah marah dan berkata keras, “Bobby apa-apan kamu ini, kamu sudah mendapatkan yang kamu mau, ayah kerja buat kamu, sudah capek, kemudian kamu hanya meminta uang hanya untuk memuaskan keinginanmu. Tidak, ayah tidak akan berikan. Sekarang masuk ke kamarmu!”

Dengan kepala tertunduk sambil menangis masuk ia kekamarnya.

Sementara bherbaring di sofa, ayahnya memikirkan apa yang yang baru saja terjadi. Tiba-tiba dalam benaknya timbul penyesalan, “ mungkin saya terlalu keras terhadap Bobby. Mungkin ada yang harus ia belanjakan yang tak kuberikan padanya.” Kemudian sang ayah mengetuk pintu kamar Bobby,

“Bobby, bolehkah ayah masuk?”, Masuklah Ayah, pintunya tidak dikunci”

“Bobby, ayah menyesal atas kejadian tadi, ayah harap kamu memaafkan ayah. Ini, terimalah uang yang kamu minta tadi.”

“terimakasih ayah,“ sambil berkata demikian Bobby mengangkat bantalnya dan mengambil uang yang ia simpan sejak lama kemudian dihitungnya, sebelas, dua belas, tiga belas…” melihat apa yang dilakukan Bobby, sang ayah marah. “Bobby, kamu ini bagai mana, ternyata kamu punya uang sendiri, tapi kamu masih minta lagi, kamu sebenarnya mau apa?” seperti tak mempedulika Bobby tetap menghitung, “Enam belas, tujuh belas,…” “Bobby, jawab ayah! Apa maksudmu?” sambil berteriak.

“Dua puluh,… ayah ini uang $20, maukah ayah melewatkan 1 jam bersama Bobby dirumah?”



Kolose 3:21- ”Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.”

Itulah firman_Nya, seberapa sibukah kita dengan pekerjaan kita? Tidakkah ingin anda di berikan tanda jasa oleh anak-anak anda sebagai pahlawan keluarga. Beratkah anda meluangkan waktu untuk anak anda walau sekedar makan siang bersama, berjalan – jalan saat liburan sekolah anak anda, pergi menikmati alam saat libur mingguan. Kadang kita katakana “ah, kan ada hari sabat.”

Karena sibuknya, kita orang tua sering merasa bahwa uang adalah selalu bukti dari cinta, tapi kita lupa kehadiran kita disamping mereka adalah satu hal yang sangat mereka butuhkan.
Kiranya kasih karunia Allah melalui roh kudus menuntun para orang tua dalam memelihara dan mendidik kami anak-anak agar kami dapat menjadi pekerja-pekerja Tuhan yang selalu setia akan kebenaran_Nya hingga hari MARANATHA.

Saya alaskan pekabaran malam ini dalam nama Tuhan Yesus.

Amin.

Kamis, 09 September 2010

"Oh Keyeng Oh Suryanto"


Kartini tahun 1994. saat itu saya saya masih duduk dibangku taman kanak-kanak (TK Makarti Jaya). Seingat saya hari itu adalah hari selasa, saya berangkat ke sekolah pagi jam 7.00, setiba disekolah seperti hari-hari biasanya, kami melakukan SKJ bersama para guru kami, lalu masuk kelas, dikelas kami diajar bernyanyi, menggambar, menenal anka dan huruf, ada pelajaran moral.
Saat itu kelas baru berlangsung sekitar 45 menit, tiba-tiba perut saya mules karena alam telah memangil. Salah satu teman saya, “Suryanto”  saat itu dia dipanggil dengan nama “ Keyeng” entah kenapa kok dia juga merasakan hal yang sama. Kemudian,
Bu guru,
ya, kenapa Keyeng ? jawab ibu guru Sundari,
  “saya mau e’ekh, bu,. #@

Sabtu, 05 Juni 2010

Bagian 1 "Tak Kenal Maka Tak Sayang …”

Tahun 1980an keluarga saya ikut trasmigrasi dari pulau jawa menuju pulau Iria Jaya - Merauke, tepatnya di Jagebob III SP 2, Desa Kartini. Dalam keluarga, saya adalah satu-satunya yang terlahir ditanah Papua. Ya, 14 April 1989 saya lahir, dimana saat itu suasana transmigrasi masih sangat kental. Konon katanya popok yang saya pakai beberapa adalah bekasnya Mbak Eni Dwijayanti (adalah anak dari salah satu kerabat emak).
Yah,,, bebar atau tidak trima saja apa kata mereka.

Nama bapak saya Mawardi, emak Kartini (nana aslinya Supiatun, lahir kebetulan tangga 21 april).